Dolok
Tolong berada
sekitar 6-7
kilometer persis di arah barat kota
Balige. Puncaknya berada di ketinggian 1200 meter dpl. Dipuncak gunung ini ditemukan
bangunan menara mikcowave untuk kebutuhan sistim komunikasi satelit domestic
milik Telkom.
Bila Anda berencana untuk mengabadikan kawasan danau toba dan
sekitarnya dari gunung dolok tolong, hindari panas terik, karena terjadi proses
maksimum penguapan air danau toba. Jadi
bisa saja Samosir dan sebagian permukaan danau toba tidak nampak jelas karena tertutup uap/kabut.
Pada
awal pendakian kita melihat kearah barat,
tampak bentangan sawah di kecamatan Tampahan yang dihiasi pegunungan, jalan lintas sumatera (lintas tengah, via toba)
dan danau toba. Beberapa menit kemudian, kita dapat melihat kearah utara, sawah
di sekitar Hinalang hingga tonjolan Tanjung Tarabunga yang menakjubkan. Bila
memandang kearah Timur akan terlihat daerah Balige, Laguboti, Silaen, Sigumpar
dan Porsea. Ke arah Tenggara kita dapat melihat dengan jelas dataran tinggi
Sibodiala yang menjadi tetangga Dolok Tolong. Bagi mereka yang pernah sekolah
di Soposurung pasti akan mengenali gunung itu, tapi mungkin belum seluruhnya
pernah menikmati pemandangan dari sana.
Minggu, 22 Juli 2013 Pukul 04.00 WIB, saya dan kedua
adik saya berangkat dari rumah untuk lari-lari pagi. Tujuan kami adalah Gunung
Dolok Tolong. Jarak dari rumah (Balige) ke desa Longat (lokasi dolok tolong)
adalah 6-7 kilometer. Suasana yang lumayan ekstrim saya rasakan selama berlari
di sepanjang jalan. Pandangan yang gelap minim cahaya, udara yang sangat
dingin, angin dingin yang kencang, dan jalur mendaki sejak awal dari balige.
Yah, cukup ekstrim bagi saya. Kepala agak panas, telinga dan tangan seperti
membeku, hidung sakit serta kadang merasa sakit di bagian dada/paru-paru. Tubuh
yang terbiasa dengan hawa panas kota Medan, benar-benar harus menyesuaikan diri
terhadap lingkungan pegunungan. Anehnya, walaupun berlari sepanjang 7
kilometer, tidak keluar keringat sama sekali! Di sepanjang jalan, kami melihat
lumayan banyak anak sekolahan yang juga lari-lari pagi ataupun yang sekedar
jalan-jalan santai. Pukul 05.30, kami sampai di gerbang Dolok Tolong. Suasana
masih sangat gelap dan benar-benar tidak ada lampu. Kami istirahat sejenak, dan
kembali melanjutkan perjalanan menuju puncak dolok tolong. Lumayan seram, dan
tidak ada penerangan sama sekali. Hanya berbekal sebuah senter dari hp, kami
nekat berjalan naik ke atas. Dengan pandangan hanya pada jalur aspal yang
disinari lampu hp, hal tersebut dapat dikatakan sebagai aksi nekat karena kami
benar-benar tidak tahu apa yang terjadi di kiri dan kanan. Apakah ada jurang,
seorang psikopat, anaconda, kuntilanak, hiii...




Dan
mungkin perlu juga aku tambahkan, ketika melihat sumur, airnya ada. ^_^
Begitulah
kisah perjalanan saya dan kedua adik saya ke puncak dolok tolong. Saya
berharap, pemerintah kabupaten Toba Samosir memperhatikan dan memperbaiki
fasilitas yang ada di dolok tolong, mulai dari gerbang bawah hingga puncak.
Tidak selamanya kita harus mengharapkan pihak Telkom untuk terus merawat dan
memfasilitasinya karena kawasan gunung dolok tolong juga tanggung jawab
bersama.
Setuju??
Akhir kata.. Glory Glory Man. United!!!!